Iklan

Iklan

Minta Pemerintah Turun Atasi Permasalahan Para Petani Pongkeru

Thursday, April 25, 2024 WIB Last Updated 2024-04-25T10:21:25Z

KLIKSULSEL.COM, LUTIM- Petani  kawatir terancam gagal penen keseluruhan akibat banjir belum surut sudah sepekan merendam persawahan dan perkebunan kakao milik warga di Dusun Kawasule, Desa Pongkeru, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Jamaruddin mengatakan, banjir sekitar tinggi kurang lebih 50 senti meter di area persawahan jika ia berada diatas tanggul persawahan warga dan air juga merendam perkebunan kakao (Cokelat) kurang lebih sekitar 1 meter.

"Kalau di persawahan pak sekitar 50 cm klau di atas pematang, kalau dikebun ada sekitar 1 meteran, ini sudah lebih 1 minggu air tergenang di sawah dan kebun warga, ini sudah banjir lebih dari satu kali dalam tahun ini, ini banjir sebenarnya dari bulan 2 kemarin hanya saja pernah surut sekitar satu mingguan, kemudian banjir lagi sampai sekarang, tetapi banjir ini yang paling parah pak, karena tanaman padi kami sementara baru saja keluar buahnya langsung terendam air makanya banyak petani sawah yang gagal panen," ungkap Jamaruddin, Rabu 24 April 2024 kepada media ini.

Ia menjelaskan, air banjir yang tergenang saat ini lain, terlihat kotor seperti lumpur yang hanyut dari hulu sungai Pongkeru sebab aliran sungai Larona bersih terlihat namun debit air sungai Larona mengalami peningkatan dugaan DAM PLTA milik PT Vale Indonesia yang meluap juga menjadi pemicu banjir.

"Iya kalau sungai Larona terlihat dijembatan gantung karebbe mengalami peningkatan air, disitu jelas terlihat jernih airnya, berbedah halnya dengan aliran dari sungai Pongkeru terlihat kotor sperti lumpur juga mengalami peningkatan debit air," sambungnya.

Ia berharap agar permasalahan yang terjadi terhadap masyarkat, pemerintah dan dinas terkait harus hadir untuk mencari solusi yang dialami petani. Menurutnya, bahkan sudah ada sebagian petani sawah yang sudah gagal  panen akibat banjir yang menggenangi tanaman padi warga selain itu, tanaman kakao warga juga terancam gagal panen.

"Selain pemerintah kita berharap perhatian serius dari dua pihak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat yang terkena dampak aktivitas pertambangannya," jelasnya.

Selain banjir ia keluhkan, dirinya juga berharap terhadap pemerintah dapat mengatasi masalah yang sudah berapa tahun terhkir ini terjadi pencemaran sungai hingga saat ini. Lanjut dia, belum ada yang diberikan sanksi tegas akibat kejahatan lingkungan yang terjadi terhadap perairan.

"Ini juga menjadi masalah bagi kami yang tinggal di bantaran sungai dulunya kami banyak mengunakan air sungai tapi sekarang sudah tidak bisa lagi sebab sudah kotor airnya padahal air sungai itu masih banyak masyarakat yang membutuhkan," sambungannya lagi.

Jamaruddin ditanya terkait keruhnya air sungai apakah ada hubungan dengan aktivitas Perusahaan Pertambangan nikel dihulu yaitu kampung warga Pongkeru jaman dulu, ia menceritakan, sebelum ada tambang PT CLM air sungai sangat jernih jika turun hujan.

"Kecuali banjir besar baru keruh itupun keruhnya masih bisa digunakan masyarkat untuk mencuci berbeda dengan sekrang-sekarang ini terkadang sungai merah bebatuan sungai dipinggiran sungai ikut merah, sekarang sulit ditemukan lagi air sungai Pongkeru jernih sperti dulu," keluhnya.

Diketahui, hulu sungai Larona merupakan area aktivitas pertambangan Perusahaan PT Vale Indonesia tbk, sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Desa Pongkeru area aktivitas pertambangan Perusahaan PT Citra Lampia Mandiri (CLM).

Dinas terkait dan perusahaan tersebut awak media belum mendapatkan konfirmasi secara resmi hingga berita ini diterbitkan.

Laporan: Haeruddin
Komentar

Tampilkan

  • Minta Pemerintah Turun Atasi Permasalahan Para Petani Pongkeru
  • 0

Terkini

Topik Populer

Iklan